Maka, berhentilah memenjarakan perempuan muslimah hanya pada peran domestik semata. Kita sering mengagungkan kehebatan Aisyah ra. dalam sejarah, tetapi ternyata kurang cakap dalam memberikan ruang yang sama bagi wanita masa kini untuk meniti jalan dan jejaknya. Peran perempuan muslimah masih sering dibatasi pada "dapur, sumur, dan kasur". Bukankah itu ironi yang memerlukan perbaikan berpikir?
Rahmah El Yunusiyah. Sebagai seorang ulama
perempuan, ia memadukan pendidikan modern dengan nilai-nilai keislaman. Rahmah
mendirikan Diniyah Puteri pada 1923, sekolah khusus perempuan pertama di
Asia Tenggara yang memberikan pendidikan agama sekaligus ilmu pengetahuan umum.
Rahma El Yunusiyah (1900–1969) adalah seorang
tokoh pendidikan Islam yang berpengaruh, terutama dalam memajukan pendidikan
bagi perempuan di Indonesia. Lahir di Padang Panjang, Sumatra Barat, ia merupakan
anak bungsu dari lima bersaudara dalam keluarga ulama. Ayahnya, Syaikh Muhammad
Yunus, adalah seorang qadhi dan ahli ilmu falak, sementara ibunya,
Rafi’ah, berasal dari garis keturunan ulama Paderi.
Dalam salah satu kesempatan, Rahmah menyampaikan bahwa perempuan tidak hanya perlu dididik untuk menjadi ibu yang baik tetapi juga sebagai pemimpin di komunitas mereka. Ide ini menjadi dasar pendirian sekolah-sekolah perempuan yang ia kelola, yang menjadi model bagi pendidikan Islam modern di Sumatera Barat.
Kiprah
Rahma tidak hanya di tingkat lokal tetapi juga internasional. Ia pernah
diundang ke Al-Azhar, Kairo, untuk membahas pendidikan perempuan dan mendapat
penghargaan gelar "Syekhah" sebagai pengakuan atas kontribusinya
dalam pendidikan Islam. Gagasannya berpusat pada pentingnya pendidikan sebagai
sarana pemberdayaan perempuan untuk mencapai kesetaraan dalam kehidupan sosial
dan agama.
#RahmahElYunusiyah
Rahmah sangat menekankan pentingnya pendidikan bagi perempuan. Ia menyatakan bahwa perempuan harus mendapatkan pendidikan yang setara dengan laki-laki, bukan hanya pendidikan dasar untuk memenuhi peran domestik. Pemikirannya ini dituangkan dalam usaha mendirikan Diniyyah Puteri, sekolah khusus perempuan yang mengintegrasikan kurikulum agama dan ilmu umum. Hal ini terlihat dari pernyataannya yang menyebutkan bahwa pendidikan perempuan adalah ‘jembatan untuk mempersiapkan generasi bangsa yang cerdas dan berakhlak mulia’.
Sebagai
tokoh perempuan Minangkabau, Rahmah menentang pandangan patriarki yang
meremehkan kemampuan perempuan. Ia berpendapat bahwa perempuan sebagai
penggerak perubahan dalam keluarga dan masyarakat, dan pendidikan adalah ibadah
dan alat untuk mengangkat derajat perempuan.
Rahmah mengkritik norma tradisional yang membatasi akses
pendidikan perempuan. Ia percaya bahwa melalui pendidikan, perempuan dapat
keluar dari lingkaran ketidaktahuan dan memiliki kontribusi signifikan terhadap
masyarakat. Ide-idenya ini kemudian menginspirasi pendirian pendidikan berbasis
Islam yang lebih progresif bagi perempuan.
Ketokohan para perempuan hebat dalam
sejarah mencerminkan eksistensi perempuan sesuai jamannya. Dalam sejarah Islam
tua, sosok Aisyah ra. menjadi sumber keteladanan para perempuan dunia yang
mampu menghidupkan dan merawat lentera cahaya ilmu, iman, dan amal di zamannya,
namun tetap relevan dalam konteks sosial saat itu hingga akhir zaman.




0 komentar:
Post a Comment