Menjadi kewajiban setiap muslim untuk memperhatikan
apa yang dikonsumsinya sehari-hari. Sebab, makanan menjadi salah satu faktor
penting dalam tumbuh kembang manusia, mulai dari bayi hingga lanjut usia. Dalam
Islam, ada dua syarat yang menjadi ketentuan dalam mengkonsumsi makanan: Halal
dan Baik (QS. Al-Baqarah: 168).
Makanan yang halal adalah makanan yang
diperbolehkan sesuai ketentuan syariah. Hal ini mencakup dari jenis makanannya,
halal dzatnya, pengolahannya juga syar’i, diperoleh dengan cara yang halal.
Sedangkan makanan yang baik adalah makanan yang dapat dipertimbangkan dengan ilmu
kesehatan sebagai tolak ukurnya.
Makanan yang baik adalah makanan yang tidak
membahayakan bagi tubuh manusia dilihat dari sudut ilmu kesehatan. Makanan yang
baik juga lebih bersifat kondisional, tergantung situasi dan kondisi manusia
yang bersangkutan. Belum tentu jenis makanan yang baik untuk si A baik untuk si
B atau si C. Intinya, makanan yang halal belum tentu baik dikomsumsi seseorang dan
makanan baik bisa jadi belum tentu kehalalannya. Maka, makanan Halal lagi baik
dan makanan yang baik lagi halal menjadi ukuran pola makan sehat yang utama.
Dalam ruang lingkup pendidikan, masalah makanan yang baik ini masih
belum menjadi perhatian penuh. Di banyak lembaga pendidikan berasrama, masih
dijumpai para pengelola yang kurang memperhatikan pola dan makanan yang dikonsumsi
para pelajarnya. Di sekitar lingkungan sekolah dan asrama, jejeran makanan
instan, berpengawet, dan aneka jajanan pabrik masih menjadi santapan para
pelajar calon generasi muda Islam itu.
Hal ini tentunya akan berdampak buruk pada kesehatan, terlebih
lagi mempengaruhi kesehatan jangka panjang. Penyakit magh, diare, dan berbagai
jenis penyakit kulit biasa ditemui dalam kasus-kasus di lembaga pendidikan berasrama.
Ini adalah gambaran dari betapa lemahnya sosialisasi pendidikan kesehatan di
kalangan para pelajar Islam.
Gaya hidup sehat dan pola makan yang baik belum dianggap hal
penting dalam lingkungan pendidikan berasrama. Ada kesan hal tersebut bukanlah
bagian yang harus diintegralkan dalam proses pendidikan. Tentu saja ini salah
besar, karena pendidikan itu sendiri merupakan upaya dengan segala seninya untuk
mewujudkan manusia yang baik dalam berbagai hal, baik aspek ruhaninya, daya
fikirnya, jasmani, dan kesehatannya.
Reaksi-reaksi tubuh dalam bentuk penyakit-penyakit yang muncul di
lingkungan sekolah berasrama adalah alarm atau respon terhadap apa yang telah
dikomsumsi oleh para pelajarnya. Semestinya, prinsip makan sederhana bukan berarti
makan apa adanya. Prinsip makan sederhana ini juga tidak boleh membahayakan
kesehatan tubuh jangka pendek, dan tidak boleh juga merugikan kesehatan tubuh
jangka panjang. Demikian pula sebaliknya, bahwa perut kenyang dan makan banyak bukan
simbol hidup sehat.
Konsep gaya hidup sehat dan pola makan baik
inilah yang menjadi concern di Pusat
Pendidikan Islam Muslim Cendekia Madani. Para penggagas sekolah ini ingin
memahamkan betul
kepada pelajarnya, bahwa sehat jasmani melalu perbaikan pola makan adalah hal
penting. Maka, konsep hidup sehat dengan pola makan yang baik ini menjadi satu
dari beberapa materi unggulan yang diberikan di Muslim Cendekia Madani. Tidak
saja pada praktiknya langsung dalam menu-menu makanan sehari-hari para pelajar,
tapi pengenalan tentang kesehatan melalui kegiatan konsultasi juga menjadi
proses pendidikan bagi pelajarnya.
Dalam mengimplementasikan konsep gaya hidup sehat dan pola makan
baik tersebut, Muslim Cendekia Madani mengadakan acara “Konseling Hidup Sehat”
di hadapan para pelajarnya pada awal tahun 2017 ini. Lewat acara tersebut mereka
dikenalkan dengan pola makan sehat berbasis makanan alami.
Acara tersebut mengambil tema “SEHAT DENGAN MAKANAN ALAMI
(Konsep Dasar FOOD COMBINING). Selama kurang lebih dua jam para pelajar diberi pemahaman-pemahaman
mendalam tentang tubuh manusia, metabolisme tubuh, siklus sirkadian tubuh, enzim,
makanan alami dan non alami, konsep asam basa pada tubuh, dan bahayanya gluten
pada usus manusia. Kemudian, dilanjutkan dengan sesi tanya jawab seputar
masalah kesehatan dan pola makan.
Acara berjalan dengan santai namun tidak mengurangi keseriusan dalam
dialog yang tercipta. Para pelajar antusias dalam menerima ilmu-ilmu kesehatan
yang terbilang baru bagi mereka dengan banyak bertanya tentang materi-materi
seputar tema yang diberikan. Sedikit banyak mereka mulai memahami
makanan-makanan apa saja yang harus menjadi prioritas masuk ke dalam tubuh agar
bisa tumbuh menjadi pemuda muslim yang sehat secara fisik dan psikis untuk 20
tahun ke depan.
Dalam sesi tanya jawab, salah satu pelajar bertanya, “jadi kita gak
boleh sama sekali mengkonsumsi mie Instan dan makanan ber-MSG?” Tak aneh jika
pertanyaan ini yang akan muncul, karena kebanyakan orang —mulai dari anak-anak hingga orang dewasa— menyukai mie
instan yang rasanya gurih dan mudah membuatnya.
Dalam menjawabnya, diberikan teori-teori enzim dalam tubuh yang
digunakan dalam metabolisme tubuh, termasuk dalam mencerna makanan. Selain itu
ditekankan juga bahan dasar mie instan yang berasal dari gluten yang bisa
membuat rusak usus halus jika terus menerus kemasukan zat gluten tersebut. Belum
lagi bahan-bahan kimia yang terdapat dalam kandungan MSG dan bahan makanan
pabrikan. Dalam menjawab hal ini difahamkan kepada para pelajar bahwa metabolisme
tubuh akan rusak jika sering mengkonsumi makanan instan/pabrik/berpengawet, dan
enzim manusia akan terkuras jika harus terus bekerja ‘membantu’ metabolisme
yang rusak. Jadi, para pelajar tidak didikte dalam hal ini, tapi lebih kepada menggugah
kesadaran dengan ilmu yang diberikan.
Mereka juga bertanya cara minum air putih saat makan, bolehkan
minum air putih sesudah makan, berapa banyak air yang dibutuhkan tubuh tiap
harinya, kenapa harus makan buah sebelum makan, juga mereka bertanya apakah sayuran
yang di masak sampai layu dan sangat matang masih ada gunanya untuk tubuh. Pertanyaan-pertanyaan
dasar dan sangat penting itu cukup mengejutkan Mudir Muslim Cendekia Madani, Dr. Ulil
Amri Syafri, yang juga ikut mendampingi pelajarnya. Beliau memahami bahwa pertanyaan
tersebut biasa ditemukan pada kebiasaan masyarakat umumnya.
Alhamdulillah, acara “Konseling Hidup
Sehat” berlangsung dengan baik. Tentunya ini merupakan bagian dari usaha
mensosialisasikan kesadaran hidup sehat lewat pola makan yang baik dan benar. Bila
anak sudah sadar akan pola hidup sehat dan pola makan baik, tentunya itu semua akan
berpengaruh pada kondisi belajar mereka secara keseluruan. Sebab pola hidup sehat dan pola makan yang baik tidak saja berdampak pada kesiapan fisik mereka dalam menerima pelajaran, tapi juga bisa mengatur dan memperbaiki pola tidur
mereka. Terlebih berdampak positif pada jiwa mereka, yaitu membuat jiwa menjadi tenang dan emosi pun menjadi stabil.
Terima kasih admin atas informasi, saya coba bagikan artikel pola hidup sehat di sosial media miliku
ReplyDelete