“Ternyata di MCM boleh nonton bioskop ya ...”
Begitulah
komentar salah satu pelajar di Muslim Cendekia Madani ketika dimintai pendapatnya
setelah acara nonton bareng film “Merah Putih Memanggil” yang diadakan keluarga
besar MCM di bioskop tanggal 9 Oktober 2017.
Kegiatan nonton bareng di bioskop adalah kali pertama
yang dilakukan para pelajar MCM. Kegiatan ini masuk dalam proses pendidikan kepribadian,
yaitu untuk menumbuhkan rasa nasionalisme pelajar melalui sepak terjang Tentara
Nasional Indonesia. Film yang berdurasi 112 menit ini ternyata mampu menimbulkan
kesan positif para pelajar MCM khususnya kepada TNI. Hal ini terlihat dari tulisan
dan diskusi yang diadakan setelah acara nonton bareng bersama mentor mereka. Kesan
yang didapat dari semua pelajar atas film tersebut cukup beragam. Namun ada
satu kesamaan pendapat yang didapat, bahwa Tentara Nasional Indonesia
hebat!.
Kehebatan ini dideskripsikan dengan berbagai komentar dan
pendapat para pelajar di tulisannya. Misalnya Alyaa (17 tahun) yang memberi
apresiasi TNI karena selalu siap melindungi seluruh warga negara Indonesia
dimanapun mereka berada. Menurutnya, film ini memperlihatkan bahwa anggota TNI mempunyai
kemampuan untuk melakukan operasi militer dimanapun. Pengorbanan mereka yang
luar biasa pada tugas dan dedikasinya pada negara patut menjadi contoh.
Mikyal Hani (16 tahun) mengatakan bahwa dengan menonton
film tersebut ia bisa mengetahui bagaimana kehidupan, pengorbanan, dan gugurnya
para prajurit TNI di medan tempur perjuangan. Mereka rela meninggalkan keluarga
tercinta dan juga siap mengorbankan keselamatan diri demi panggilan tugas merah
putih dalam rangka menyelamatkan rakyat dan menjaga NKRI. Para prajurit yang
berjasa kepada rakyat dan negara sudah sepatutnya terus dikenang dan dihormati.
Menurut Mikyal Hani, ia cukup terharu menonton
adegan-adegan sedih dalam film tersebut. Menyaksikan cerita kehilangan
orang-orang yang sangat dekat dengan kehidupan pasti tidak mudah, apalagi
kuburannya tidak ada walaupun kematiannya pasti. Karena dalam perang bisa saja
tentara itu terbakar atau dibakar tak tersisa. Demikian pula bila teman
seperjuangan yang sudah bersama sejak waktu yang lama harus gugur di
medan tempur. Semua adegan itu membawa keharuan tersendiri. Sulit dibayangkan jika mereka adalah bagian dari keluarga kita. Maka,
yang perlu dihormati bukan hanya anggota TNI saja, Tapi juga keluarganya perlu
dihormati, dibantu, dan diberi dorongan semangat agar mampu melanjutkan hidup
dengan baik. Pengorbanan oleh Tentara dan keluarganya belum tentu dapat kita
lakukan.
Senada dengan hal ini, M. Ghazy (15 tahun) juga merasa takjub
melihat TNI yang mencintai keluarganya tapi rela meninggalkan mereka demi
menjalankan tugas negara. Penilaiannya terhadap tentara selama ini menjadi
berubah 180 derajat setelah menonton film tersebut. Ia menjadi tahu bagaimana
karakter para TNI yang sangat menakjubkan itu.
Menonton film tersebut bagi M. Hanand (16 tahun) membuat
semangat perjuangannya bergelora. Sebagai generasi muda, ia jadi bisa
membayangkan bagaimana perjuangan para pahlawan-pahlawan terdahulu untuk bangsa
dan negara. Hal ini tentunya harus membuat generasi muda sepertinya lebih bisa
menghargai dan mengapresiasi perjuangan dan pengorbanan para pejuang.
Perjuangan dan pengorbanan tersebut menurut Nuh (14 tahun) harus diikuti dengan
semangat belajar bagi para pelajar agar dapat terus menjaga dan membesarkan
negara Indonesia dengan karya terbaik dan bukan malah siap jadi budak di negeri
sendiri.
Kesan menonjol lainnya yang dilihat para pelajar MCM dari
film ini adalah karakter para TNI yang kuat, tangguh, disipilin, dan gagah
berani. Betapa adegan setiap adegan memperlihatkan kedisiplinan, ketaatan, kekuatan,
kesabaran, dan kegigihan para prajurit. Belum lagi rasa kesetiakawanan dan
mendahulukan orang lain dari pada diri sendiri. M. Ghazy sangat terkesan dengan
sifat itsar (mengutamakan orang lain dari pada diri sendiri) pada para
prajurit TNI ini lewat adegan tentara yang memberikan bekal makanan mereka pada
para tawanan padahal mereka sendiri lapar dan akhirnya rela memakan ular yang
ditemukan disana. Sifat itsar yang sangat dianjurkan dalam Islam ini ada
di tubuh para TNI, meski mereka bukan muslim seluruhnya.
Karakter lainnya yang terlihat dari film ini adalah jiwa
pantang menyerah yang dimiliki TNI. Menurut Hanand, karakter ini tercermin dari
rasa semangat TNI yang tetap maju ke depan meski tahu jumlah musuh yang
dihadapinya berlipat-lipat dibanding mereka. Jumlah musuh yang banyak tidak
membuat para prajurit TNI gentar, menurut Nuh. Jiwa yang tidak takut melawan
musuh itu wajib, ditambah dengan fisik yang kuat, strategi yang matang, senjata
yang canggih, membuat mereka menjadi gigih dan gagah berani menghadapi lawan.
Lewat film ini, menurut Alyaa, banyak karakter yang dapat
kita tiru, seperti sikap yang tidak mudah menyerah, ikatan persaudaraan yang
kuat, setiakawan saling tolong menolong, sikap tanggung jawab dalam menghadapi
sebuah masalah, dan rasa senasib
sepenanggungan yang dipikul bersama. Karakter-karakter inilah yang seharusnya
ditiru oleh semua orang. Dan sangat baik jika para pelajar yang memulainya.
Mutiara Ayu (14 tahun) berpandangan bahwa film ini cukup
bagus untuk mengingatkan masyarakat Indonesia tentang karakter bangsa yang
sesungguhnya. Karakter-karakter tersebut tercermin dari kualitas sikap para
prajurit TNI di medan tempur. Menurutnya, karakter dalam sebuah peradaban
sangatlah penting. Mengutip perkataan sejarawan Arnold Toynbee, “dari 21
peradaban yang ada di dunia, 19 yang hancur bukan karena penaklukan dari luar,
tapi oleh pembusukkan moral dari dalam”.
"Karakter adalah objektifitas yang baik atas kualitas
manusia. Karakter lebih tinggi dari kecerdasan. Karakter juga dapat membentuk
takdir seseorang, yang juga menjadi takdir masyarakat. Dalam karakter warga
negaranya terletak kesejahteraan bangsa. Dan untuk membentuk karakter
masyarakat yang baik dapat melalui cara dengan mengubah pemikiran mereka.”
Demikian kutipan dari buku ‘Character Matters’-nya Thomas Lickona yang
Mutiara Ayu tuliskan menyikapi karakter-karakter hebat yang ditampilkan para
prajurit TNI di medan tempur.
Tanggapan-tanggapan dan kesan yang dimunculkan para
pelajar MCM yang luar bisa ini memperlihatkan bahwa film ‘Merah Putih Memanggil’
mampu membawa pengaruh yang positif. Meskipun ada dari mereka yang menyoroti beberapa
kekurangan dari film tersebut, seperti awal film yang lambat, sedikit kaku
sehingga mirip film dokumenter, dan durasi film yang terlalu pendek, tidak
mengurangi nilai-nilai positif yang dibawa dari film tersebut dan mampu dicerna
oleh para pelajar MCM.
Film memang terbukti dapat menjadi media edukasi dan
pencerdasan para generasi, maka film itu harus bagus dan bernilai positif.
Ibrahim (13 tahun) dan Hasnul (15 tahun), pelajar MCM yang juga ikut menonton bareng bahkan dapat
menceritakan ulang adegan tiap adegan film tersebut.
Dengan menonton
film, pelajar seakan dituntun untuk mengikuti nilai-nilai yang ada dalam film
tersebut. Semoga ke depannya akan banyak film yang bernuansa edukasi sehingga
bisa menjadi sarana tak langsung untuk generasi muda dalam menanamkan nilai positif.
"Majulah terus para prajurit TNI. Semoga Allah memudahkan
langkahmu dalam menjalankan amanat negara!"
0 komentar:
Post a Comment