Cluster Casablanca, Sentul City, Bogor - Jawa Barat - 16810 | Hotline: 0813-1112-5384 (Call/SMS/WA)

24 April 2017

Tips Mencari Sekolah Untuk Keluarga Muslim

Oleh: Dr. Muhyani*


Tugas orang tua dari keluarga muslim yang utama adalah mengantarkan anak menjadi generasi yang tangguh serta taat pada Allah dan Rasul-Nya, sehingga anak selamat dari siksa neraka. Karena itu orang tua hendaknya memperhatikan keagamaan, program dan juga memperhatikan lingkungan tempat anak akan dididik. Orang tua boleh berkeinginan untuk menjadikan anaknya apa saja asalkan tidak menyalahi prinsip pendidikan Islam.
Berikut ini ada beberapa tips memilih lembaga pendidikan bagi keluarga Muslim:
Pertama, pilih lembaga pendidikan yang aqidahnya benar. Di jaman sekarang ini lembaga-lembaga pendidikan Islam banyak bertebaran di pelosok negeri. Mulai dari lembaga pendidikan mahal yang menawarkan berbagai keunggulan-keunggulan dalam proses pendidikannya, hingga lembaga pendidikan berbasis home schooling yang kian diminati oleh orang tua muslim. Dari keseluruhan lembaga-lembaga tersebut, pilih lembaga pendidikan yang memperhatikan konsep pembinaan keagamaannya berbasis al-Qur’an dan Hadis. Hal ini menjadi pondasi awal untuk membentuk anak agar tumbuh menjadi seorang muslim yang berakidah lurus.

Kedua, pilih yang mengajarkan anak untuk sadar beragama, menjalankan agama berdasarkan ilmu. Lembaga pendidikan yang baik harus mengedepankan tradisi keilmuan dalam membina para pelajarnya. Artinya, semua ilmu-ilmu yang diajarkan harus didasari oleh ilmu-ilmu yang ada, bukan berdasarkan kebiasaan atau tradisi.

Ketiga, mengutamakan pengamalan adab-adab Islam dalam keseharian. Lembaga pendidikan Islam yang baik adalah lembaga pendidikan yang dapat menerapkan apa yang diajarkan, apa yang dididik, dan apa yang dibina pada pelajarnya. Jadi, ilmu-ilmu yang mereka dapatkan tidak hanya dihapal dan dipelajari, tapi juga dipraktekkan secara langsung dalam proses pendidikannya. 


Keempat, program pendidikan nya jelas dan efektif. Sudah menjadi keluhan banyak pihak bahwa sistem pendidikan di Indonesia terlalu membuang waktu dan tidak efektif. Ketika masuk pendidikan menengah misalnya, anak dihadapkan pada banyak materi yang menguras waktu dan tenaga, padahal kesemua materi tersebut tidak diperlukan ketika anak akan melanjutkan ke perguruan tinggi, hanya sebagian kecilnya saja. Alangkah baiknya jika orang tua memilihkan lembaga pendidikan yang fokus dan mendalam, agar sejak awal anak mulai diarahkan sesuai dengan keinginannya. Sehingga, materi-materi yang diberikan bisa diberikan secara efektif sehingga peluang untuk menguasai bidang keilmuan tersebut secara dini sangat besar.

Kelima, pilih yang memberikan skill menghadapi masalah dalam hidup. Hampir kebanyakan lembaga pendidikan menitikberatkan proses pendidikannya pada penguasaan kognitif semata. Demi memperoleh nilai UN yang baik, anak dijejali materi-materi keilmuan sehingga melupakan pembinaan mentalnya. Salah satu pembinaan mental yang terlupa dalam proses pendidikan sekarang adalah mendidik jiwa anak agar tangguh, kuat, dan tawakkal pada setiap masalah yang ada dihadapannya. Lembaga pendidikan yang baik tahu betul bahwa kesuksesan dan keberhasilan anak tidaklah diukur oleh besaran nilai tes yang ada, tapi seberapa kuat karakter dan kepribadian anak dalam menghadapi permasalahan yang menghadang langkahnya.  

Keenam, memperhatikan kesehatan anak baik secara fisik maupun psikis. Makanan dan minuman yang dikonsumsi sangat berpengaruh pada kondisi fisik dan psikis seorang anak. Jika sejak kecil pola makan yang diberikan pada anak keliru, makan hal ini akan berimbas pada kecerdasan, ketenangan jiwa, dan ketahanan fisik anak. Padahal, untuk menuntut ilmu dengan baik, dibutuhkan tubuh yang sehat dan kuat, pikiran yang tenang dan stabil, serta ketajaman berpikir yang baik. Dalam hal ini, memilih lembaga pendidikan yang concern terhadap pola makan sebagai basis kesehatan jasmani dan ruhani sudah menjadi keharusan pada saat ini. 
Ketujuh, dibina oleh guru yang kompeten keilmuannya. Salah satu problem dalam pendidikan adalah para pengajar kurang memiliki kompetensi dalam bidang keilmuan yang diajarkannya. Misalnya, banyak para guru yang mengajarkan ilmu-ilmu Hadis tapi bidang studi yang mereka ambil bukanlah ilmu-ilmu Hadis. Sehingga mereka tidak maksimal dalam mengajar atau mendidik anak, atau bisa dikatakan hanya sekedar mengajar saja. Lembaga pendidikan yang baik adalah lembaga pendidikan yang memiliki tenaga pengajar sesuai dengan kompetensi keilmuannya, agar dapat mendukung keberhasilan proses pembinaan intelektual anak.

Kedelapan, iklim lembaga pendidikan yang kondusif, penuh kekeluargaan, saling asah, asuh, dan asih. Kondisi pendidikan di Indonesia kini dipenuhi dengan kasus ‘bullying’. Adat ketimuran yang dimiliki dalam proses pendidikan dahulu kini berganti dengan kebiasaan mengejek dan menghina, baik secara fisik ataupun psikis. Penting untuk orang tua agar melihat dari dekat seperti apa proses pergaulan di sebuah lembaga pendidikan. Ini dilakukan agar bisa menyelamatkan anak dari kebiasaan ‘bullying’ yang sudah menjadi kelumrahan dalam sebuah institusi pendidikan, boarding school ataupun non boarding school.

Selamat memilih lembaga pendidikan yang tepat untuk sang buah hati. Semoga pilihan para orang tua membawa kebahagiaan dan keberkahan bagi anak-anak keluarga muslim dunia dan akhirat. Aamiin.
·   

 *Mentor lembaga pendidikan Muslim Cendekia Madani dan pakar psikologi pendidikan Islam



23 April 2017

Bahasa Arab Sebagai Pengantar Pembelajaran Ilmu Komputer

Pelajar MCM belajar membuat dan mengelola blog dengan bahasa Arab sebagai bahasa pengantarnya
Bila anda berkesempatan untuk mengunjungi berbagai lembaga pendidikan berbasis pesantren di Indonesia, maka anda akan menjumpai berbagai macam tingkat pengajaran bahasa Arab dengan berbagai variasi metodenya.

Saat berkunjung barangkali anda akan menjumpai pengajaran bahasa Arab sederhana dengan metode pengenalan benda-benda di sekitar sekolah ataupun di sekitar asrama ditambah percakapan-percakapan sederhana seperti "Man anta?" "Masmuka?" "Min aina anta?" diikuti dengan peningkatan jumlah mufradat (kosakata) sedikit demi sedikit dari puluhan, ratusan hingga ribuan kata.

Bisa jadi pula anda menjumpai pengajaran bahasa Arab di tingkat tsanawiyyah dan aliyyah yang lebih mengedepankan kaidah-kaidah Nahwu (Tata Bahasa Arab) dan Sharaf (Ilmu Derivasi Kata) sebelum menguasai kemampuan istima' (listening) dan takallum (conversation) yang tentu punya konsekwensi tersendiri, yaitu timpangnya kemampuan peserta didik dalam kaidah-kaidah bahasa dengan minimnya penguasaan mufradat yang berakibat pada lemahnya penguasaan bahasa itu sendiri. Fenomena ini banyak dijumpai di pesantren-pesantren di Indonesia, termasuk juga di wilayah asia tenggara.

Di lembaga-lembaga setingkat diploma bahasa Arab, pengajaran bahasa Arab lebih maju dan disampaikan secara aktif dan komprehensif. Dalam artian, bahasa Arab digunakan setiap hari secara aktif dan dalam banyak bidang yang tentunya hal yang demikian itu adalah sesuatu yang menggembirakan, sebab inti dari sebuah bahasa -apapun bahasanya- adalah mumaarasah alias praktik! Tanpa itu, kita bisa jadi lupa akan bahasa ibu kita sendiri jika tidak pernah mempraktikkannya.

Dalam pengembangan bahasa Arab di Indonesia, meski penggunaannya cukup variatif di lembaga-lembaga berbasis pesantren dan ma'had aly, namun tetap ada keterbatasan penggunaan karena tujuan pembelajaran bahasa Arab di Indonesia masih sebatas untuk mengkaji dan mendalami sumber-sumber referensi ilmu-ilmu syariat. Maka tak heran bila istilah-istilah bahasa Arab yang jamak dikenalkan di pesantren-pesantren, tempat-tempat kursus dan ma'had-ma'had aly tersebut masih terbatas pada istilah-istilah yang terkait dengan ilmu-ilmu keislaman.

Mufradat yang dihafal masih terkait erat dengan ilmu Nahwu, Sharaf, Balaghah, Arudh, Manthiq, Aqidah, Fiqh, Ushul Fiqh, Al-Quran, Al-Hadits, Akhlaq, atau segala sesuatu yang boleh kita sebut sebagai Kitab Kuning Sentris, ditambah dengan mufradat seputar keperluan sehari-hari seperti benda-benda yang dikenal di rumah, di asrama, di kelas, di lapangan, di masjid, di perpustakaan dan kata-kata kerja yang terkait dengannya.

Hal itu dapat kita jumpai dengan jelas di dalam kitab-kitab muqarrar (buku pegangan) pembelajaran bahasa Arab seperti Al-Arabiyyah Lin Nasyi'in (yang banyak digunakan di Indonesia), Durusul Lughah Al-Arabiyyah, Silsilah Ta'lim Al-Arabiyyah (yang banyak digunakan di mahad-mahad aly di Indonesia), Metode Mustaqilli, dan banyak lagi.

Maka saat alumninya berinteraksi dengan media-media berbahasa Arab seperti majalah-majalah timur tengah, media-media online, channel televisi timur tengah, ataupun siaran radio berbahasa Arab yang menggunakan bahasa Arab paling mutakhir, barulah terasa sulitnya mengikuti dan memahami bahasa Arab tersebut.

Belum lagi jika membayangkan diberi amanah untuk menjadi mutarjim faury (live translator) dalam seremoni-seremoni kenegaraan atau kunjungan-kunjungan politik bilateral seperti yang biasa kita lihat di televisi. Saat itu barangkali bahasa Arab berubah menjadi mimpi buruk yang mengerikan bagi fresh graduate dari pesantren-pesantren yang dikenal aktif berbahasa Arab karena ternyata banyak istilah-istilah modern dalam berbagai disiplin ilmu yang tidak pernah mereka dengar sebelumnya.

Istilah-istilah bahasa Arab tentang ekonomi, militer, matematika, sains, komputer, kedokteran, industri, pertanian, politik atau sosiologi yang muncul di koran-koran berbahasa Arab ataupun di media-media online menjadi sesuatu yang sulit difahami karena memang tidak pernah diajarkan di lembaga-lembaga berbasis pesantren atau mahad-mahad aly tersebut.

Terlebih lagi, ada salah seorang pemerhati perkembangan bahasa Arab asal Indonesia yang menyatakan bahwa koran-koran berbahasa Arab di timur tengah, setiap harinya memunculkan 25 kosakata baru dalam bahasa Arab, yang bila kita hitung kasar, maka ada lebih dari 9000 kosakata baru per tahun. Maka kita bisa membayangkan betapa tertinggalnya pembelajar bahasa Arab hanya untuk masa satu dasawarsa saja.

Di sinilah perlunya pengembangan bahasa Arab lebih jauh melebihi dasawarsa-dasawarsa yang telah lalu dan menempatkannya sejajar dengan bahasa internasional lainnya seperti bahasa Inggris, Mandarin, Jepang dan Korea yang menyerbu Indonesia melalui film-film, budaya dan produk-produk teknologinya. Dengan usaha ini kita berharap bahasa Arab di masa yang akan datang tidak hanya berhenti menjadi bahasa kajian Al-Quran dan Al-Hadits saja, namun juga menjadi bahasa keseharian kaum muslimin Indonesia yang digunakan dalam lapangan apapun.

Memang sulit membayangkan anak-anak kita mempelajari dengan serius istilah-istilah matematika, sains, teknologi dan kedokteran dalam bahasa Arab. Sebab, diakui ataupun tidak, kita masih bertanya suatu hal yang prinsipil -atau setidaknya dianggap demikian- "Apa gunanya?" Bukankah mereka akan berdakwah dan berkarya di Indonesia yang notabene berbahasa Indonesia?

Jawaban atas pertanyaan di atas kembali kepada visi masing-masing dari kita. Apakah ikhtiar kita sekarang dalam mengajarkan bahasa Arab kepada anak-anak kita sebatas ingin agar mereka bisa mengkaji Al-Qur'an dan Al-Hadits lebih baik dari kita? Ataukah kita mempunyai tumuuh atau ambisi yang lebih besar, seperti kita berharap bahwa anak-anak kita menjadi pemain utama dalam percaturan peradaban dunia di masa yang akan datang? Bilamana kemudian di masa 10-20 tahun lagi, di saat bahasa Arab menjadi bahasa populer -sekaligus bahasa kebanggaan- anak-anak muslim Indonesia, tidakkah kita melihat anak-anak kita akan ketinggalan bila tidak memaksimalkan potensinya sejak sekarang?

Menjawab visi tersebut, Muslim Cendekia Madani berusaha mengembangkan sesuatu yang baru di kelas-kelas pembelajaran bahasa Arabnya. Di samping Al-Arabiyyah Baina Yadaik yang menjadi buku ajar standar dalam pembelajaran tingkat dasar dan menengah, MCM juga memberikan kelas-kelas pembelajaran komputer dengan bahasa Arab sebagai bahasa pengantarnya.

Pembelajaran semacam ini tentu membutuhkan persiapan, yaitu keharusan adanya pengenalan mufradaat (kosakata) yang berhubungan dengan ilmu komputer dan teknologi sebelum dapat digunakan sebagai bahasa pengantar dalam pembelajaran ilmu komputer.

Contohnya, kata monitor dalam bahasa Arab yang resmi disebut "Asy-Syaasah." Sedangkan keyboard disebut "Lauhatul Mafaatih," lalu mouse disebut "Al-Fa'rah," printer disebut "Ath-Thaabi'ah," scanner disebut "Al-Maasih" dan proyektor disebut "Al-Mishlaath." Adapun istilah resmi untuk touch screen adalah "Asy-Syaasah Al-Maasihah," lalu untuk aplikasi digunakan kata "At-Tathbiiq" dan untuk menyebut medsos digunakan istilah "Wasaail Al-I'laam Al-Ijtimaa'iyyah" dan masih sangat banyak lagi.

Paling tidak, peserta didik diwajibkan menghafal sekitar 250-500 kata bahasa Arab yang terkait dengan istilah-istilah ilmu komputer sebelum pembelajaran materi-materi ilmu komputer itu dimulai.

Di antara materi-materi ilmu komputer yang diajarkan adalah:
  • Operating System (Nizham At-Tasyghil).
  • Word Processor (Mu'alijul Kalimaat).
  • Presentation (Al-'Ardlu).
  • Animation (At-Tahriikah).
  • Sound Editing (Tahriir Ash-Shauth).
  • Blog (Al-Mudawwanah).
  • Posting (An-Nasyr).
  • Custom Template (Al-Qaalib Al-Mukhashshash).
  • Source Code Modification (Ta'diil Mashdar Ar-Ramz).
  • Custom Domain (An-Nithaaq Al-Mukhashshash).
  • Document Embedding (Tadhmiin Al-Mustanad).
  • Social Media (Wasaail Al-I'laam Al-Ijtimaa'iyyah).
  • Computer Security (Himaayatul Haasuub).
  • Dan lain-lain.
Peserta didik di MCM sangatlah antusias dengan materi-materi ini karena berkenaan langsung dengan dunianya. Sebab, para remaja di zaman ini adalah para remaja dari generasi yang memang terlahir melek komputer dan melek internet bila dibandingkan dengan para remaja di era 90-an. Maka, meski istilah-istilah bahasa Arab yang harus mereka hafal terbilang asing dan sama sekali baru, namun rasa keingintahuan mereka jauh melebihi hambatan-hambatan kecil tersebut.

Benar memang bila bahasa adalah masalah mumaarasah, namun menemukan tombol yang tepat untuk menggerakkan para remaja ini agar bersuka cita dalam belajarnya adalah masalah serius bagi para pendidik. Karena dalam dunia pendidikan terdapat satu aksioma yang menyatakan bahwa metode selalu lebih penting daripada materi dan pendidik selalu lebih penting daripada metode.

Adalah satu kepastian bahwa para remaja ini akan tumbuh dewasa di dunia masa depan yang akan sangat tergantung dengan komputer dan perangkat elektronik, maka mengajarkan ilmu komputer kepada mereka di usia dini ibarat mengajarkan cara mengetik cepat metode 10 jari kepada sekelompok orang yang masih menulis dengan batu sabak. Siapapun yang menguasainya laksana manusia melek di tengah kampung tuna netra. Dia pasti menjadi pemimpin mereka. Ditambah dengan kemampuan penggunaannya dalam bahasa Arab, maka mereka akan menjadi pemimpin yang unik di masanya.

Tidakkah ini menjadi visi kita tentang masa depan anak-anak kita?

10 April 2017

Benarkah Belajar Bahasa Arab itu susah, ribet, dan repot?

Image result for belajar bahasa arab kantun

Oleh : Dr. Ulil Amri Syafri

Keluhan pertama dalam mempelajari bahasa Arab adalah SUSAH. Kata tersebut berada pada posisi teratas untuk mendeskripsikan tingkat kesulitan mempelajari bahasa Al-Qur'an ini. Tentu saja. Bayangkan, mereka harus mempelajari bahasa asing dengan banyak perubahan kata untuk setiap kata. Ada kaidah-kaidah bahasa Arab yang harus dihafal. Selain itu, metode pengajaran bahasa Arab yang sering kali diawali dengan mengajarkan Nahwu-Sharaf, membuat ‘njelimet’ para pelajar. Ditambah dengan guru yang terkesan ‘kaku’ dalam proses pengajaran, meski mereka mengajarkan bahasa, tapi pelit berkomunikasi.  Maka tak heran jika banyak para pelajar yang sudah mem-blok dirinya tidak sanggup mempelajari bahasa ini.

Pelabelan kata ‘susah’ seharusnya tidak boleh dilakukan oleh mereka yang sedang dalam proses belajar bahasa Arab, karena hal tersebut sangat merugikan. Rugi karena bahasa Arab adalah bahasa ilmu dan jendela khazanah Islam yang agung, baik klasik maupun modern. Bahasa Arab adalah bahasa peradaban sekaligus bahasa yang menyimpan sejarah panjang manusia. Bahasa Arab juga bahasa komunikasi Rasulullah SAW yang tersimpan dalam teks-teks hadis. Dengan kata lain, semua komunikasi Rasul ‘terekam’ dalam bahasa tersebut, sekaligus firman-firmanNYA yang tentu saja tertulis juga dalam bahasa Arab. Maka, mempelajarinya adalah sebuah keindahan dan keasyikan tersendiri. Karena bahasa tersebut bukan saja jendela, tapi pintu besar meraih kesuksesan.

Sesungguhnya, belajar bahasa arab itu sangat menyenangkan, mudah, ringan, serta banyak tantangan yang asyik dan khas bagi para pelajar-pelajar pemula.

Ya, belajar bahasa arab itu MUDAH dan ASYIK! Semua kemudahan dan keasyikan ini bermula dari seorang pengajar, guru, ataupun mentor bahasa tersebut. Hal ini pernah dikatakan oleh Mahmud Yunus, “metode pengajaran itu lebih penting dibandingkan materi, tetapi seorang guru itu lebih penting dibandingkan metode pengajaran. Namun ada yang lebih penting lagi dari hal itu semua, yaitu ‘Ruh’ dari guru tersebut.

Dalam proses pembelajaran, apapun bisa jadi sulit dan membosankan. Tapi dengan guru dan metode pengajaran yang tepat, materi sulit dan berat bisa menjadi mudah. Apalagi jika materinya mudah dengan para mentor yang tepat. Bukan saja materi jadi mudah difahami, bahkan  kepribadian pelajar pun akan tumbuh dan berkembang secara positif.

Konsep ini sudah dipraktekkan pada beberapa pelajar pemula bahasa Arab di Muslim Cendekia Madani. Para Pelajar ini mengakui bahwa ternyata belajar bahasa Arab itu tidak susah, tidak ribet, apalagi repot.

Misalnya Aliya, putri berusia 16 tahun ini memiliki ‘trauma’ dalam proses pengajaran bahasa Arab di awal SMA-nya. Hal ini akibat kesulitan mengikuti proses pengajarannya ketika mondok di salah satu pesantren. Bahasa Arab yang dia kenal dalam proses pembelajaran adalah qaidah bahasa atau tata bahasa arab, biasa disebut ilmu Nahwu dan Sharaf, plus tehnik pengajarannya yang klasik, yaitu menghafal tanpa faham maksudnya. Tentu saja ini menjadi awal buruk baginya. Dalam hitungan pekan, pelajaran bahasa arab tersebut menjadi sesuatu yang sulit dan tidak menyenangkan bagi dirinya.

Bersyukur Aliya punya orang tua, khususnya ibunya yang terus mengingatkan anaknya agar mau terus belajar bahasa Arab agar bisa memahami isi al Quran. “Kata Bunda, jika kita ingin menghapal al-Qur’an, akan lebih baik jika kita paham bahasanya. Jadi mempermudah kita dalam menghapal dan mempelajari isinya.” 

Aliya kini merasa enjoy, senang, dan menikmati proses pembelajarannya. Ia merasakan proses pengajaran yang diterimanya saat ini sangat jauh berbeda dengan yang pernah ia dapatkan sebelumnya. Kini ia merasa bersemangat dalam belajar bahasa Arab, padahal ia juga sudah mulai mempelajari ilmu Sharaf. Kini Aliya bisa lebih paham apa manfaat ilmu tersebut dalam berbahasa Arab.

Lain halnya Hani (15 tahun), pelajar asal sekolah dari salah satu SMPIT di pekalongan. Hani mengatakan, “Saya jadi lebih paham bahasa Arab karena lebih fokus, sehingga lebih mudah dan kuat mengingatnya.”  Hani sudah menjalani proses belajar bahasa Arab 6 bulan. Alhamdulillah, saat ini ia sudah bisa komunikasi berbahasa arab dengan baik, membaca tulisan arab tanpa harakat, menonton film-film berbahasa Arab, bahkan selanjutnya akan masuk pada proses belajar program office dan berbagai program komputer berbahasa Arab lainnya. Tentu saja hal ini adalah sesuatu yang unik dan baru, sebab bahasa arab komputer sangat special. Ini menjadi tantangan yang menyenangkan bagi Hani dan rekan-rekannya.

Pelajar lainnya adalah Muhammad Nuh Amri (14 tahun), pelajar asal Madrasah Internasional Techno Natura Depok. Ketika tahu akan ada program belajar program komputer dan web dengan bahasa Arab, ia merasa senang. Meskipun ada 700 kosa kata yang berhubungan dengan computer dan dunia maya yang harus dihapalnya, ia siap untuk melakukannya. “Gak masalah. Bahasa arabnya pasti mengasyikkan karena kosa katanya mutakhir.”

Kemudian pelajar lainnya, Ilham (18 tahun), yang sebelumnya belum pernah mendapatkan pelajaran bahasa Arab. Ia sangat menikmati proses pembelajaran bahasa Arab yang didapatkannya karena merasa metode pengajarannya unik dan sangat menyenangkan. Ia juga sangat terkesan pada para mentor yang mendampinginya belajar. “Mentor disini hebat, mampu mengajar saya yang ‘agak lambat’ dalam belajar. Biasanya, tidak ada guru yang sanggup mengajar saya, Mentor disini sangat sabar membimbing.” ujarnya.

Alhamdulillah, para pelajar sangat menikmati proses pembelajaran mereka di MUSLIM CENDEKIA MADANI. Bayangan kesulitan-kesulitan yang biasanya ada dalam belajar bahasa Arab tidak mereka temui disini. Mereka tekun dan bersemangat untuk mencapai target tahun pertama mereka, yaitu mampu berbicara bahasa Arab dengan baik, bisa berselancar di dunia maya berbahasa Arab, mengerti Program Komputer berbahasa Arab. Mereka berharap bisa mendapat kesempatan untuk kuliah di Timur Tengah dua tahun mendatang, insya Allah.

Belajar bahasa Arab susah? Tentu tidak!

Lembaga pendidikan Islam MUSLIM CENDEKIA MADANI mengurai kesulitan dan kejenuhan proses belajar bahasa Arab yang kerap dijumpai para pelajar. Memang betul pendapat yang menyatakan bahwa dalam proses pembelajaran, apapun bisa jadi sulit dan membosankan. Tapi dengan guru dan metode pengajaran yang tepat, materi sulit dan berat bisa menjadi mudah. Apalagi belajar dengan materi yang mudah dan didampingi para mentor yang tepat. Jangankan materi pelajaran tersebut jadi semakin mudah, bahkan para pelajar pun mendapatkan pengalaman belajar yang mudah dan menyenangkan.

Pendidikan model ini perlu dihadirkan bagi para pelajar dan anak anak masa kini, agar anak lebih paham bahwa ternyata belajar bahasa Arab itu asik dan menyenangkan.