Cluster Casablanca, Sentul City, Bogor - Jawa Barat - 16810 | Hotline: 0813-1112-5384 (Call/SMS/WA)

10 January 2017

Hidup Sehat Dengan Pola Makan Alami di Muslim Cendekia Madani

Menjadi kewajiban setiap muslim untuk memperhatikan apa yang dikonsumsinya sehari-hari. Sebab, makanan menjadi salah satu faktor penting dalam tumbuh kembang manusia, mulai dari bayi hingga lanjut usia. Dalam Islam, ada dua syarat yang menjadi ketentuan dalam mengkonsumsi makanan: Halal dan Baik (QS. Al-Baqarah: 168).

Makanan yang halal adalah makanan yang diperbolehkan sesuai ketentuan syariah. Hal ini mencakup dari jenis makanannya, halal dzatnya, pengolahannya juga syar’i, diperoleh dengan cara yang halal. Sedangkan makanan yang baik adalah makanan yang dapat dipertimbangkan dengan ilmu kesehatan sebagai tolak ukurnya.

Makanan yang baik adalah makanan yang tidak membahayakan bagi tubuh manusia dilihat dari sudut ilmu kesehatan. Makanan yang baik juga lebih bersifat kondisional, tergantung situasi dan kondisi manusia yang bersangkutan. Belum tentu jenis makanan yang baik untuk si A baik untuk si B atau si C. Intinya, makanan yang halal belum tentu baik dikomsumsi seseorang dan makanan baik bisa jadi belum tentu kehalalannya. Maka, makanan Halal lagi baik dan makanan yang baik lagi halal menjadi ukuran pola makan sehat yang utama.

Dalam ruang lingkup pendidikan, masalah makanan yang baik ini masih belum menjadi perhatian penuh. Di banyak lembaga pendidikan berasrama, masih dijumpai para pengelola yang kurang memperhatikan pola dan makanan yang dikonsumsi para pelajarnya. Di sekitar lingkungan sekolah dan asrama, jejeran makanan instan, berpengawet, dan aneka jajanan pabrik masih menjadi santapan para pelajar calon generasi muda Islam itu.

Hal ini tentunya akan berdampak buruk pada kesehatan, terlebih lagi mempengaruhi kesehatan jangka panjang. Penyakit magh, diare, dan berbagai jenis penyakit kulit biasa ditemui dalam kasus-kasus di lembaga pendidikan berasrama. Ini adalah gambaran dari betapa lemahnya sosialisasi pendidikan kesehatan di kalangan para pelajar Islam.

Gaya hidup sehat dan pola makan yang baik belum dianggap hal penting dalam lingkungan pendidikan berasrama. Ada kesan hal tersebut bukanlah bagian yang harus diintegralkan dalam proses pendidikan. Tentu saja ini salah besar, karena pendidikan itu sendiri merupakan upaya dengan segala seninya untuk mewujudkan manusia yang baik dalam berbagai hal, baik aspek ruhaninya, daya fikirnya, jasmani, dan kesehatannya.  

Reaksi-reaksi tubuh dalam bentuk penyakit-penyakit yang muncul di lingkungan sekolah berasrama adalah alarm atau respon terhadap apa yang telah dikomsumsi oleh para pelajarnya. Semestinya, prinsip makan sederhana bukan berarti makan apa adanya. Prinsip makan sederhana ini juga tidak boleh membahayakan kesehatan tubuh jangka pendek, dan tidak boleh juga merugikan kesehatan tubuh jangka panjang. Demikian pula sebaliknya, bahwa perut kenyang dan makan banyak bukan simbol hidup sehat.

Konsep gaya hidup sehat dan pola makan baik inilah yang menjadi concern di Pusat Pendidikan Islam Muslim Cendekia Madani. Para penggagas sekolah ini ingin memahamkan betul kepada pelajarnya, bahwa sehat jasmani melalu perbaikan pola makan adalah hal penting. Maka, konsep hidup sehat dengan pola makan yang baik ini menjadi satu dari beberapa materi unggulan yang diberikan di Muslim Cendekia Madani. Tidak saja pada praktiknya langsung dalam menu-menu makanan sehari-hari para pelajar, tapi pengenalan tentang kesehatan melalui kegiatan konsultasi juga menjadi proses pendidikan bagi pelajarnya.

Dalam mengimplementasikan konsep gaya hidup sehat dan pola makan baik tersebut, Muslim Cendekia Madani mengadakan acara “Konseling Hidup Sehat” di hadapan para pelajarnya pada awal tahun 2017 ini. Lewat acara tersebut mereka dikenalkan dengan pola makan sehat berbasis makanan alami.

Acara tersebut mengambil tema “SEHAT DENGAN MAKANAN ALAMI (Konsep Dasar FOOD COMBINING). Selama kurang lebih dua jam para pelajar diberi pemahaman-pemahaman mendalam tentang tubuh manusia, metabolisme tubuh, siklus sirkadian tubuh, enzim, makanan alami dan non alami, konsep asam basa pada tubuh, dan bahayanya gluten pada usus manusia. Kemudian, dilanjutkan dengan sesi tanya jawab seputar masalah kesehatan dan pola makan.

Acara berjalan dengan santai namun tidak mengurangi keseriusan dalam dialog yang tercipta. Para pelajar antusias dalam menerima ilmu-ilmu kesehatan yang terbilang baru bagi mereka dengan banyak bertanya tentang materi-materi seputar tema yang diberikan. Sedikit banyak mereka mulai memahami makanan-makanan apa saja yang harus menjadi prioritas masuk ke dalam tubuh agar bisa tumbuh menjadi pemuda muslim yang sehat secara fisik dan psikis untuk 20 tahun ke depan.

Dalam sesi tanya jawab, salah satu pelajar bertanya, “jadi kita gak boleh sama sekali mengkonsumsi mie Instan dan makanan ber-MSG?” Tak aneh jika pertanyaan ini yang akan muncul, karena kebanyakan orang —mulai  dari anak-anak hingga orang dewasa— menyukai mie instan yang rasanya gurih dan mudah membuatnya.

Dalam menjawabnya, diberikan teori-teori enzim dalam tubuh yang digunakan dalam metabolisme tubuh, termasuk dalam mencerna makanan. Selain itu ditekankan juga bahan dasar mie instan yang berasal dari gluten yang bisa membuat rusak usus halus jika terus menerus kemasukan zat gluten tersebut. Belum lagi bahan-bahan kimia yang terdapat dalam kandungan MSG dan bahan makanan pabrikan. Dalam menjawab hal ini difahamkan kepada para pelajar bahwa metabolisme tubuh akan rusak jika sering mengkonsumi makanan instan/pabrik/berpengawet, dan enzim manusia akan terkuras jika harus terus bekerja ‘membantu’ metabolisme yang rusak. Jadi, para pelajar tidak didikte dalam hal ini, tapi lebih kepada menggugah kesadaran dengan ilmu yang diberikan.

Mereka juga bertanya cara minum air putih saat makan, bolehkan minum air putih sesudah makan, berapa banyak air yang dibutuhkan tubuh tiap harinya, kenapa harus makan buah sebelum makan, juga mereka bertanya apakah sayuran yang di masak sampai layu dan sangat matang masih ada gunanya untuk tubuh. Pertanyaan-pertanyaan dasar dan sangat penting itu cukup mengejutkan Mudir Muslim Cendekia Madani, Dr. Ulil Amri Syafri, yang juga ikut mendampingi pelajarnya. Beliau memahami bahwa pertanyaan tersebut biasa ditemukan pada kebiasaan masyarakat umumnya.

Alhamdulillah, acara “Konseling Hidup Sehat” berlangsung dengan baik. Tentunya ini merupakan bagian dari usaha mensosialisasikan kesadaran hidup sehat lewat pola makan yang baik dan benar. Bila anak sudah sadar akan pola hidup sehat dan pola makan baik, tentunya itu semua akan berpengaruh pada kondisi belajar mereka secara keseluruan. Sebab pola hidup sehat dan pola makan yang baik tidak saja berdampak pada kesiapan fisik mereka dalam menerima pelajaran, tapi juga bisa mengatur dan memperbaiki pola tidur mereka. Terlebih berdampak positif pada jiwa mereka, yaitu membuat jiwa menjadi tenang dan emosi pun menjadi stabil.

08 January 2017

Rileksasi Panahan


Panahan masih terbilang baru dalam dunia Pendidikan Indonesia. Alhamdulillah, beberapa lembaga Pendidikan Islam di Tanah Air sudah mulai melirik seni dan ketangkasan panahan tersebut sebagai bagian dari olah fisik yang sangat khas. Bila dilihat dari budaya dan tradisi Islam, panahan memang jenis olah raga klasik. Kehebatan panahan dalam sejarah Islam tentu mengingatkan kita kepada 70 prajurut Rasullullah saw. yang bertengger di bukit Uhud. Mereka adalah pasukan khusus yang dimiliki oleh Rasullullah saw. dalam sebuah pertempuran saat itu.
Dalam sejarah Islam, kemahiran dalam memanah dianggap sebagai seni ketangkasan yang sering dihubungkan dengan tiga dasar pendidikan Keperwiraan Muslim, yaitu ketangkasan Berenang, Panahan, dan Berkuda. Pelajar muslim yang memiliki kemampuan pada tiga hal tersebut akan terlihat lebih gagah dan keren, apalagi diiringi dengan kemampuan bela diri yang hebat. Tentunya hal ini akan membanggakan kedua orang tua mereka, subhanallah.
Inilah peran pendidikan Islam dalam menumbuhkan setiap potensi anak keluarga muslim pada tiga dasar pendidikan keperwiraan berbasis Islam tersebut. Hal ini bisa berupa pembiasaan latihan-latihan pada ketiga olahraga tersebut pada para pelajar, untuk kemudian dikembangkan dan digabungkan dengan pendidikan keperwiraan yang telah ada. Kegiatan Pramuka, misalnya. Pendidikan keperwiraan muslim tersebut selain menjadi modal saja’ah atau keberanian pelajar pemuda muslim, juga menjadi bagian pengukuhan rasa patriotisme cinta Tanah Air dan bela Agama Allah. 

Pusat Pendidikan Islam Muslim Cendekia Madani sebagai lembaga pendidikan Islam yang paham akan hal ini mencoba mengaplikasikan tiga dasar pendidikan keperwiraan muslim. Dalam mengakhiri tahun 2016 ini, para pelajarnya menutup tahun dengan berlatih memanah. Bagi Pelajar Muslim Cendekia Madani, latihan memanah seharusnya akan didapati pada tahun ke dua, setelah mahir berkuda. Hanya saja, kebetulan semua kuda yang biasa digunakan untuk berlatih sedang dalam kondisi hamil besar. Selain tidak memungkinkan para kuda tersebut diajak berpacu, para mentor dan pelajar tidak tega jika harus menaiki kuda-kuda tersebut. Akhirnya, para pelajar meminta berlatih Panahan sebagai pengisi waktu yang ada. 

Dalam kegiatan Panahan ini, Muslim Cendekia Madani mendatangkan pelatih memanah bersertifikasi untuk melatih para pelajar Muslim Cendekia Madani. Dimulai dari paparan teori-teori memanah, mengenal alat panah, hingga praktik langsung yang menggunakan 25-30 anak panah tiap pelajarnya. Jarak yang digunakan sebagai sasaran panah dimulai dari 10 meter hingga akhirnya sampai 20 meter sebagai latihan pemula.
Awalnya, ketika memegang anak panah untuk pertama kalinya, para pelajar tersebut masih kaku dan juga takut-takut. Tapi namanya pelajar sekarang yang memiliki rasa mau tau dan cuek yang tinggi, hal itu tidak berlangsung lama. Ketika para pelajar sudah mulai melepaskan anak panah dari busurnya satu persatu dengan didampingi pelatih, maka timbul perasaan rileks, enjoy, dan menikmati aktivitas tersebut.
Teknik latihan memanah memang memerlukan konsentrasi tinggi agar busur-busur itu melesat mengenai titik sasar di depan secara tepat. Tidak mudah, tapi juga tidak sulit. Hal ini membutuhkan perpaduan konsentrasi yang tinggi dan juga rileksasi tubuh dalam membidik satu titik sasaran. Tentu saja ini sangat berbeda jauh dengan konsentrasi pada gadget yang biasa membuat anak-anak lupa dan menghabiskan waktunya.
Walhasil, lebih satu setengah jam latihan perdana bagi Pelajar Muslim Cendekia Madani ini sangat berkesan, meski dalam latihan tersebut ada diantara mereka yang bisa mengenai areal titik sasaran, tapi banyak juga yang melewati dan salah sarasan. 
It’s oke. Besok-besok latihan lagi yaa ...