Panahan masih terbilang baru dalam dunia Pendidikan Indonesia. Alhamdulillah, beberapa lembaga Pendidikan Islam di Tanah Air sudah mulai melirik seni dan ketangkasan panahan tersebut sebagai bagian dari olah fisik yang sangat khas. Bila dilihat dari budaya dan tradisi Islam, panahan memang jenis olah raga klasik. Kehebatan panahan dalam sejarah Islam tentu mengingatkan kita kepada 70 prajurut Rasullullah saw. yang bertengger di bukit Uhud. Mereka adalah pasukan khusus yang dimiliki oleh Rasullullah saw. dalam sebuah pertempuran saat itu.
Dalam sejarah Islam,
kemahiran dalam memanah dianggap sebagai seni ketangkasan yang sering
dihubungkan dengan tiga dasar pendidikan Keperwiraan Muslim, yaitu ketangkasan
Berenang, Panahan, dan Berkuda. Pelajar muslim yang memiliki kemampuan pada
tiga hal tersebut akan terlihat lebih gagah dan keren, apalagi diiringi dengan
kemampuan bela diri yang hebat. Tentunya hal ini akan membanggakan kedua orang
tua mereka, subhanallah.
Inilah peran pendidikan
Islam dalam menumbuhkan setiap potensi anak keluarga muslim pada tiga dasar
pendidikan keperwiraan berbasis Islam tersebut. Hal ini bisa berupa pembiasaan
latihan-latihan pada ketiga olahraga tersebut pada para pelajar, untuk kemudian
dikembangkan dan digabungkan dengan pendidikan keperwiraan yang telah ada.
Kegiatan Pramuka, misalnya. Pendidikan keperwiraan muslim tersebut selain
menjadi modal saja’ah atau keberanian
pelajar pemuda muslim, juga menjadi bagian pengukuhan rasa patriotisme cinta Tanah
Air dan bela Agama Allah.
Pusat Pendidikan Islam Muslim
Cendekia Madani sebagai lembaga pendidikan Islam yang paham akan hal ini mencoba
mengaplikasikan tiga dasar pendidikan keperwiraan muslim. Dalam mengakhiri tahun
2016 ini, para pelajarnya menutup tahun dengan berlatih memanah. Bagi Pelajar
Muslim Cendekia Madani, latihan memanah seharusnya akan didapati pada tahun ke
dua, setelah mahir berkuda. Hanya saja, kebetulan semua kuda yang biasa digunakan
untuk berlatih sedang dalam kondisi hamil besar. Selain tidak memungkinkan para
kuda tersebut diajak berpacu, para mentor dan pelajar tidak tega jika harus
menaiki kuda-kuda tersebut. Akhirnya, para pelajar meminta berlatih Panahan
sebagai pengisi waktu yang ada.
Dalam kegiatan Panahan ini,
Muslim Cendekia Madani mendatangkan pelatih memanah bersertifikasi untuk
melatih para pelajar Muslim Cendekia Madani. Dimulai dari paparan teori-teori
memanah, mengenal alat panah, hingga praktik langsung yang menggunakan 25-30
anak panah tiap pelajarnya. Jarak yang digunakan sebagai sasaran panah dimulai
dari 10 meter hingga akhirnya sampai 20 meter sebagai latihan pemula.
Awalnya, ketika
memegang anak panah untuk pertama kalinya, para pelajar tersebut masih kaku dan
juga takut-takut. Tapi namanya pelajar sekarang yang memiliki rasa mau tau dan
cuek yang tinggi, hal itu tidak berlangsung lama. Ketika para pelajar sudah
mulai melepaskan anak panah dari busurnya satu persatu dengan didampingi
pelatih, maka timbul perasaan rileks, enjoy,
dan menikmati aktivitas tersebut.
Teknik latihan memanah
memang memerlukan konsentrasi tinggi agar busur-busur itu melesat mengenai
titik sasar di depan secara tepat. Tidak mudah, tapi juga tidak sulit. Hal ini membutuhkan
perpaduan konsentrasi yang tinggi dan juga rileksasi tubuh dalam membidik satu
titik sasaran. Tentu saja ini sangat berbeda jauh dengan konsentrasi pada
gadget yang biasa membuat anak-anak lupa dan menghabiskan waktunya.
Walhasil, lebih satu
setengah jam latihan perdana bagi Pelajar Muslim Cendekia Madani ini sangat
berkesan, meski dalam latihan tersebut ada diantara mereka yang bisa mengenai
areal titik sasaran, tapi banyak juga yang melewati dan salah sarasan.
It’s
oke.
Besok-besok latihan lagi yaa ...
0 komentar:
Post a Comment