Pada 10 November 2025, #Rahmah ElYunusiyyah resmi ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional, mengikuti penghargaan yang sama untuk Syekh Kholil Bangkalan. Keputusan pemerintah ini merupakan penanda penting dalam sejarah pendidikan negara selain mengakui dua tokoh penting. Dua individu dari berbagai tradisi dan pendekatan filosofis sekarang berkumpul di satu panggung kehormatan: panggung perjuangan dan keilmuan anak negeri.
Syekh Kholil Bangkalan bukan nama
asing dalam perjalanan sejarah Islam dan pendidikan Indonesia. Ia adalah guru
KH. Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim Asy’ari, dua tokoh besar pendiri organisasi
Islam terbesar di negeri ini — Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama — yang lebih
dahulu mendapat gelar Pahlawan Nasional. Kini, sang guru akhirnya menyusul
murid-muridnya, sebuah simbol penuh makna bahwa ilmu dan keteladanan sejati tak
lekang oleh waktu.
Sementara itu, nama Rahmah El
Yunusiyyah memancarkan cahaya yang berbeda namun sama terangnya. Sosok
perempuan Minangkabau ini bukan hanya pendidik, tetapi juga pembaharu, pendiri
Madrasah Diniyah Putri Padang Panjang — lembaga pendidikan perempuan pertama di
dunia Islam modern.
Sebagai Pahlawan Nasional, dia
sangat istimewa karena jarang sekali wanita mendapatkan pengakuan sebesar ini.
Beberapa tokoh laki-laki, seperti Syekh Sulaiman Ar-Rasuli dan Syekh Abdullah
Ahmad, yang merupakan ulama besar dan tokoh pendidikan dan perjuangan, bahkan
belum diakui walaupun sudah beberapa kali di ajukan di tanah kelahirannya,
Sumatera Barat. Namun, Rahmah El Yunusiyyah kali ini melampaui dua tokoh yang
sudah digadang-gadang sebelumnya. Adapun Syekh Abdullah Ahmad tercatat mentor
bagi Rahmah El Yunusiyyah..jpeg)
#ulilamrisyafri
Sumatera Barat memang tanah subur
bagi lahirnya para pemikir dan pejuang bangsa. Dari ranah ini, lahir gagasan,
semangat, dan perjuangan yang tak pernah padam demi kemajuan anak negeri.
Rahmah El Yunusiyyah hadir melanjutkan api itu — dengan wajah lembut perempuan,
namun jiwa sekeras baja seorang pejuang.
Penetapan Rahmah El Yunusiyyah
menghadirkan arti baru tentang kepahlawanan: bahwa perempuan bukan pelengkap
dalam sejarah bangsa, melainkan penentu arah dan penopang masa depan.
Keberanian, visi, dan dedikasinya mengingatkan kita bahwa dari tangan dan hati
perempuanlah lahir generasi unggul dan beradab.
Di tengah langkah Indonesia menuju
Era Emas 2045, semangat Rahmah El Yunusiyyah terasa semakin relevan: bahwa di
pundak perempuan Indonesia kini kita titipkan cita-cita bangsa — untuk
melahirkan generasi tangguh, cemerlang, dan menyala dengan cahaya ilmu serta
akhlak.




0 komentar:
Post a Comment