Pemikiran Pendidikan Ulil Amri Syafri (Part 1)
Dalam arus
modernitas dan kemajuan teknologi yang cepat, pendidikan sering terjebak dalam
batas-batas pemahaman kecil: nilai ujian, ijazah, dan produktivitas
ekonomi. Orang diajarkan untuk bekerja,
bukan untuk menjadi manusia yang sebenar-benar manusia. Dalam konteks ini, Dr. Ulil Amri Syafri —
sebagai seruan moral dan intelektual — menegaskan bahwa pendidikan adalah jalan
kemanusiaan, jalan menjadi manusia sejati, bukan sekadar mekanisme pasar.
Menurutnya, pendidikan adalah taman jiwa, tempat fitrah manusia dilindungi dan
potensinya dikembangkan. Ia menganggap
pendidikan sebagai lembah dari peradaban, sebuah proses yang berkelanjutan yang
menumbuhkan rasa, menanamkan adab, dan mengokohkan nilai-nilai kemanusiaan
hingga mereka berakhlak mulia. Ia menolak industrinisasi pendidikan dan
menegaskan bahwa rasa dan akhlak adalah dasar pendidikan. Ilmu dan kemajuan industri
itu boleh, tapi berdiri di atas rasa, adab dan budaya yang tinggi bukan semata
nilai materealisme, ini sesungguhnya yang unik konsep pendidikan Indonesia yang
tak terbaca utuh selama ini.
Teorinya
berasal dari keprihatinan yang mendalam tentang tujuan pendidikan nasional Ki
Hajar Dewantara, yang seharusnya memupuk moralitas, kebebasan berpikir, dan
tanggung jawab nasional. Ia percaya
bahwa tugas pendidikan adalah menjaga keseimbangan antara kecerdasan dan
kebajikan, kemajuan dan kemanusiaan, dan ilmu dan hati. Gagasan Ulil Amri ini
lebih dari sekadar teori; itu adalah panggilan spiritualitas dan kebangsaan
untuk memastikan bahwa institusi pendidikan tidak kehilangan ruhnya, guru tidak
kehilangan kemuliaannya, dan siswa tidak kehilangan jati dirinya. Untuk mewujudkan individu yang berakhlak
mulia, merdeka, dan berjiwa bangsa, ia mendorong bangsa ini untuk kembali ke
hakikat pendidikan sejati, yaitu pendidikan yang menjaga fitrah (ḥimāyatul fiṭrah)
dan mengembangkan potensi (tanmiyatul mawāhib). 
#ulilamrisyafri




0 komentar:
Post a Comment