Cluster Casablanca, Sentul City, Bogor - Jawa Barat - 16810 | Hotline: 0813-1112-5384 (Call/SMS/WA)

03 October 2021

Pendidik Inspiratif Tak Ternilai

(Sebuah Pengantar dari Prof. Dr. Sofyan Sauri, M.Pd)

Bismillāhirrahmānirrahīm

Puji dan syukur kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala nikmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Salawat dan salam semoga tercurah kepada sosok teladan. Beliaulah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam.

Alhamdulillah, saya bersyukur atas hadirnya buah pikiran Dr. Ulil Amri Syafri ini. Saya melihat ini menjadi tanda kesungguhannya dalam menjaga nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang pada masa lampau lewat sebuah tulisan. Buku ini bermanfaat dalam mengingat kembali khazanah pendidikan masa lalu. Saya setuju dengan pendapat para pemerhati dan peminat sejarah yang mengatakan belajar dari tokoh dan peristiwa adalah keniscayaan. Banyak nilai-nilai terpancar dari alam pikiran para tokoh yang bersahaja dan hikmah dari perjuangan mereka.

Awal melihat buku ini, saya sempat terdiam membaca judul bukunya. ‘Pendidikan Bukan-Bukan’. Sebuah judul yang membuat orang penasaran ingin membacanya. Di bagian pertama penulis langsung memaparkan problematika pendidikan Islam di Indonesia. Selanjutnya, penulis mengajak pembaca untuk mengarungi petualangan seru sejarah masa lampau melalui tokoh-tokoh yang ikut menggoreskan tinta sejarah dalam pendidikan Islam Indonesia.

Diawali dengan kehadiran Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari sebagai ulama yang dihormati oleh kaum muslimin sekaligus pahlawan nasional Indonesia. Beliau memiliki kiprah dan perjuangan yang tak bisa dilupakan bagi bangsa ini, apalagi jika dihubungkan dengan Resolusi Jihad 1945 yang berbuah indah bagi tanah air Indonesia. Tidak itu saja, usaha pendidikan dan langkah yang dilakukan beliau memberikan banyak pelajaran dan inspirasi yang tak ternilai bagi perjalanan anak bangsa.

#Pendidikan Bukan-Bukan

Dalam buku ini, kita akan melihat sosok Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari bagaikan pelita untuk dunia pendidikan Islam Indonesia, khususnya bagi para pelaku tafaqquh fī al-dīn. Sosok pendidik yang istimewa itu lahir dari masyarakat dan berkiprah untuk masyarakat hingga akhir hayatnya. Beliau membangun tata nilai dan mengajarkan ilmu yang sangat berharga untuk hidup manusia banyak. Apa yang dilakukan beliau meninggalkan karisma yang mendalam bagi orang-orang terpelajar dan beradab tinggi. Saya setuju dengan penulis buku ini, bahwa nilai yang ditinggalkan beliau tak lekang dimakan waktu dan akan selalu bisa diaplikasikan dalam kehidupan.

Selanjutnya, buku ini melangkah ke kisah modernisasi di Sumatra Barat. Dari buku ini akan terlihat bahwa tata nilai suatu masyarakat sangat dinamis. Nilai-nilai agama tumbuh subur dikelola tokoh dan ulamanya sehingga perubahan kepada nilai dan dan cita-cita itu mudah diraih. Itulah yang terjadi di Sumatra Barat masa lampau. Surau sebagai sistem nilai telah berhasil melahirkan ulama dan para santri hebat. Surau juga menjadi kegiatan pendidikan Islam dalam mengajarkan banyak nilai kebaikan pada masyarakat hingga tumbuh menjadi masyarakat berkarakter agamis. Nilai kedisiplinan, tanggung jawab, keadilan dan kesetaraan, kesejahteraan, dan lain sebagainya adalah nilai-nilai yang diajarkan surau masa lampau dan selalu bisa diajarkan dalam pergaulan masjid masa kini.

Sedangkan perkembangan sistem madrasah yang bermula di Sumatra Barat dan menjalar ke wilayah di Indonesia dipelopori melalui sosok Syaikh Abdullah Ahmad. Madrasah masa lampau berusaha mendobrak diskriminasi kolonial Belanda agar anak bangsa mampu bangkit dari keruntuhan surau. Dalam perjalanannya, lembaga pendidikan Islam tersebut berkembang dan terus membutuhkan perbaikan-perbaikan komprehensif dalam rangka mengembangkan pendidikan Islam yang maju dan bernilai tinggi.

Tokoh lainnya dalam buku ini, Tuan Guru A. Hassan dan Mohammad Natsir adalah dua sosok yang berjasa pada pendidikan Islam Indonesia. A. Hassan yang namanya banyak ditulis sebagai A. Hassan Bandung, memiliki lembaga pendidikan yang dijelaskan sangat menarik dalam buku ini. Inovasi dan pendidikan merdeka yang menjadi kekuatan lembaga pendidikan tersebut melahirkan nilai-nilai kebaikan dalam cara berpikir kritis yang bertanggung jawab. Saat ini sikap dan tata nilai seperti itu sangat dibutuhkan agar manusia tidak selalu terprovokasi dengan berita hoax dan perselisihan yang ada. 

Sedangkan, Mohammad Natsir adalah tokoh politik Islam kenamaan. Beliau juga punya pemikiran dan kerja besar di bidang pendidikan. Cita-cita pendidikannya ada pada PENDIS di Bandung, hampir bersamaan dengan lahirnya pesantren Tuan guru A. Hassan. Bedanya Mohammad Natsir membuat model sekolah.  Sosok Mohammad Natsir yang pintar, sederhana dan bersahaja menjadikan figurnya banyak dikagumi dunia Islam hingga kini. Kehidupan dan cita-citanya untuk pendidikan dan dakwah di Indonesia menjadi nilai-nilai yang terus diikuti dan dipelajari banyak orang. Mohammad Natsir mengingatkan dunia pendidikan agar semua proses pendidikan tidak melupakan nilai akhirat sebagai tempat kembali dari dunia fana. Penanaman nilai tauhid pada pandangan Mohammad Natsir inilah yang seharusnya diajarkan di lembaga pendidikan Islam secara baik.

#PendidikanBukan-Bukan

Tokoh-tokoh besar seperti Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari, Syaikh Abdullah Ahmad, Tuan Guru A. Hassan dan Mohammad Natsir adalah para pendidik dan pemilik pemikiran pendidikan yang hebat untuk memanusiakan manusia Indonesia. Tidak saja itu, figur mereka menjadi tak ternilai yang selalu menginspirasi hingga kini.

Sebagai bonus, Dr. Ulil Amri Syafri ini juga menyelipkan pembahasan tentang akhlak. Teori tentang akhlak juga cukup baik diungkapkan bila dihubungkan dengan tokoh-tokoh inspiratif yang menjadi pilihan dalam pembahasan buku ini. Memang, pendidikan akhlak akan selalu menarik untuk dibahas karena menyangkut pembentukan karakter manusia. Pendidikan akhlak adalah pendidikan yang sarat akan nilai. Antara yang satu dan yang lainnya saling berkaitan erat dan tidak bisa dipisahkan. Saya menyebutnya akhlakul karimah.

Semoga apa yang disampaikan dalam buku ini bisa menggugah cara pandang kita dalam melaksanakan pembelajaran. Bahwa pendidikan jangan hanya diarahkan untuk menghasilkan anak didik yang cerdas tapi kemudian mengabaikan hatinya. Pendidikan harus dilaksanakan secara menyeluruh dalam berbagai aspek manusianya.

Selamat atas buah tangan Dr. Ulil Amri Syafri. Semoga terus berkarya dan menjadi amal saleh di sisi-Nya.  Selamat membaca!

 

Bandung, September 2021

Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd

                                           Guru Besar Pendidikan Nilai Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) 

0 komentar:

Post a Comment