Peradaban manusia terus bertumbuh dan berkembang. Bermula dari masa manusia berburu hingga manusia industri dengan ditandai munculnya revolusi teknologi. Peradaban itu terus melaju memasuki wilayah digitalisasi dan cyber zone. lalu, manusia tidak saja berbahasa lisan seperti era nabi Adam as, tapi juga menghadirkan bahasa virtual. Semua ruang dan waktu makin singkat dan terbuka, hingga menciptakan komunikasi dan relasi yang semakin luas tak bertepi. Namun ironisnya manusia justru lebih mudah terancam dengan kemajuan itu sendiri.
Idealnya, kemajuan bisa membangun kolaborasi. Tapi nyatanya tidak sedikit malah yang melahirkan persaingan buruk globalisasi, dan tentu berdampak pada alam dan lingkungan, keseimbangan, kemakmuran bahkan ancaman perang dan imperealisme gaya baru. Di dunia pendidikan, sudah terjadi para pengajar ‘berebut posisi’
dengan Google dalam satu kompetisi yang menempatkan Google sebagai the winner. Lebih dahsyat lagi, ketika manusia memasuki era metaverse, kebudayaan yang diusung dalam pendidikan nasional pun bisa terjugkal. Sungguh, pergerakan peradaban yang amat radikal.
Lalu, saat ini, dimana hebatnya Pendidikan Nasional yang pernah digagas oleh tokoh besar seperti Ki Hajar Dewantara?
Buku Frasa Agama hadir sebagai narasi baru dari pemikiran pendidikan hebat Ki Hajar Dewantara tersebut yang mungkin bisa memperkaya hasil penelitian-penelitian sebelumnya. Setelah saya baca secara mendalam, pemikiran Pendidikan Ki Hajar Dewantara sangat layak dan harus terus digali serta dikaji oleh mereka yang mencintai pendidikan nasional. Apalagi bagi mereka yang bergerak di dunia pendidikan. Hal ini tidak saja berkaitan dengan ilmu pendidikan saja, tapi kita juga butuh membaca ruh pendidikan seperti apa yang diinginkan Ki Hajar Dewantara sebenarnya. Harapan saya, semoga pemikiran pendidikan Ki Hajar Dewantara bisa menjadi bahan kajian serius pada kuliah kesarjanaan di Indonesia, khususnya mereka yang berada pada Program Studi Pendidikan dan Pengajaran, juga bagi siapa pun yang akan mengabdikan dirinya menjadi pendidik di negeri ini.
Meskipun mungkin sudah banyak peneliti yang mengaitkan corak pemikiran pendidikan Ki Hajar Dewantara ini dengan Maria Montessori, Rabindranath Tagore, Paulo Freire, atau bahkan dengan penggagas pendidikan yang mengusung kemerdekaan manusia dalam belajar—tentu ini berkaitan dengan negara-negara terjajah—namun model pendidikan Ki Hajar Dewantara tetap memiliki ciri khas sendiri, karena apa yang menjadi falsafah hidupnya dan falsafah pendidikannya, berakar dari budaya masyakaratnya.
Untuk lebih jelasnya, bisa kunjungi Channel Kampus Digital Dr. Ulil Amri Syafri
0 komentar:
Post a Comment