Cluster Casablanca, Sentul City, Bogor - Jawa Barat - 16810 | Hotline: 0813-1112-5384 (Call/SMS/WA)

13 November 2021

Ada apa dengan Istilah ULAMA?


Melahirkan ulama tidaklah ringan. Teks-teks ajaran agama Islam bukan bertujuan untuk mengumbar-umbar sebutan dan istilah ‘ulama’, apalagi kedudukan ulama sepertinya setingkat di bawah Nubuwwah.

Namun demikian, dalam lintas sejarah keilmuan dan khazanah Islam, orang yang seperti dekat dengan Istilah ulama itu nyata adanya, sebut saja semisal Imam-imam Mazhab, imam Hadis, Tafsir, dan seterusnya.

Saat ini terkesan bahwa penyebutan istilah ulama direndahkan kualifikasinya. Demikian juga tentang keadaban ulama itu sendiri, seakan penyebutan dan penggunaan istilah ‘ulama’ semau gue. Padahal tak semua orang-orang yang berada dalam proses tafaqquh fi al-diin berakhir menjadi ulama. Bisa saja masih jadi tetap ‘calon ulama’ selamanya. Artinya, biarlah gelar ulama itu hanya diberikan oleh Sang Pencipta.

Ya, Ulama kelak di akhirat punya kedudukan istimewa. Maka berusaha jadi ulama oke, tapi ngaku-ngaku jadi ulama itu bukan adabnya ulama.

 Alim, ‘Amil bi ilmihi, Mua’lim, dan Muhklis adalah sedikit dari kompetensi dasar keulamaan dalam penjelasan KH. M. Hasyim Asy'ari rahimahullahu.

Dalam syair Arab yang disebutkan, “Ilmu membawa kaum ke puncak kemuliaan, orang berlimu terjaga dari kerusakan, sedangkan kebodohan menghancurkan kemuliaan dan kehormatan.

 لعلم بلغ قوما ذروة الشرف وصاحب العلم محفوظ من التلف.. والجهل يهدم بيت العز و الشرف

تعلموا العلم وكونوا من أهله . تعلموا العلم واعملوا به.  تعلموا العلم وعلمواه الناس

Pelajarilah ilmu dan jadilah ahlinya. Tuntutlah ilmu dan beramalah dengan ilmu tersebut. Pelajarilah ilmu dan ajarkanlah kepada manusia ilmu itu.

 Jadi, gelar ulama bukan sekedar panggilan dan sebutan yang diucapkan manusia. 

Tapi Ulama memang ada kualifikasinya dalam ajaran Islam, keagungan ilmu, dan kemuliaan pribadinya adalah bagiannya

kini,—saking semangatnya— juga muncul istilah ‘ulama saintis’. Jangankan kualifikasi ulama yang benar, ditambah dengan embel-embel saintis, maka bagai ‘pungguk merindukan bulan.’

 (silakan baca selengkapnya di Pendidikan Bukan-Bukan Dr. Ulil Amri Syafri)



0 komentar:

Post a Comment