Balingka adalah kampung yang indah dan sejuk—terhampar di pelukan bukit dan Gunung Singgalang, ditenun kabut pagi, dan disiram cahaya kenangan.Tanah ini menyimpan sejarah besar dan jejak-jejak kebijaksanaan yang nyaris terlupakan. Di desa kecil ini, konon pernah hadir bapak angkat dan guru jiwa Tan Malaka (1897–1949), tokoh revolusioner yang kelak mengguncang dunia dengan pemikirannya. Balingka bukan sekadar titik di peta, melainkan pelataran sunyi tempat tumbuhnya kesadaran, keberanian, dan cinta tanah air.
Salah satu sosok agung dari tanah ini adalah Inyiak Haji Daud Rasyidi rahimahullah—ulama kharismatik, penyulam adab, guru ruhani, dan pemelihara budaya tinggi. Ia dikenal sebagai guru dari sang guru jiwa Tan Malaka, sekaligus penjaga nilai yang menerangi zamannya.
Pada 1895, beliau berguru kepada Syekh
Ahmad Khatib al-Minangkabawi (1860–1915), Mufti Syafi‘i di
Tanah Haram dan guru dari tokoh-tokoh besar seperti KH. Ahmad Dahlan, KH. Hasyim Asy‘ari,
dan Inyiak Haji Sulaiman Ar-Rasuli
(PERTI)—para peletak dasar perjuangan Islam di Nusantara. Persahabatannya dengan Syekh Tahir
Jalaluddin, sepupu Ahmad Khatib sekaligus tokoh pembaru Islam
di Malaysia, memperluas cakrawala keilmuannya. Ia juga menjalin hubungan erat
dengan ayahanda Buya HAMKA,
serta bersinergi dengan Syekh Djamil
Djambek dalam perjuangan dan dakwah.Buku Inyiak Daud Karya Dr, Ulil Amri Syafri
Tak hanya melalui kitab dan mimbar, Inyiak Daud juga memberi sentuhan ruhani
kepada Syekh Adam BB,
pendekar silat yang berubah menjadi ulama dan pendakwah. Dari garis keluarganya
lahir pula Muchtar Luthfi (1900–1950),
murid didikannya yang menjadi pejuang gigih hingga dibuang ke Tanah Merah Digul bersama H. Jalaluddin Thaib. Sementara dari rahimnya sendiri lahir Buya
Datuk Palimo Kayo, sahabat Buya HAMKA dan Mohammad
Natsir, yang juga tumbuh dalam cahaya didikannya.